Sunday, July 13, 2014

Hidup Itu Bagaikan Secangkir Kopi



Siapa yang tidak ingin sukses dalam hidupnya. Semua orang menginginkannya, walaupun sukses dalam hidup seseorang tidak selalu sama. Tapi, siapa yang tidak setuju bahwa sukses adalah ketika Anda mendapatkan apa yang Anda mau dan impikan? Tapi bagaimana mendapatkannya?

Semakin dewasa, manusia semakin banyak mengeluh. Pekerjaan, urusan rumah, hubungan cinta dengan kekasih atau mungkin suami atau istri, keuangan dan masalah orang dewasa lainnya tentu sudah tentu menjadi hal yang banyak dikeluhkan. Masih kurang, belum juga puas, begitulah sifat manusia. Sudah dapat satu hal, masih ingin hal lainnya. Sebenarnya ini bagus untuk perkembangan diri asal digunakan dengan tepat dan tidak sembarangan. Ada sebuah kisah, sederhana namun mungkin akan mengubah pikiran Anda yang sedang mengeluh.

Adalah sebuah reuni, di mana beberapa pria ini berkumpul dan saling bercerita kehidupan masing-masing. Namanya manusia, awal cerita kemudian berakhir dengan keluhan.  Ada yang mengeluh karena gaji yang tidak cukup, ada yang mengeluh karena istri marah-marah, ada juga yang mengeluh karena pekerjaan yang membuat lelah tiada henti, ah manusia.

Hingga akhirnya, seorang pria masuk ke dalam dan  kembali dengan beberapa cangkir, ada yang bagus, ada yang sederhana dan satu poci penuh kopi. Karena haus, mereka segera menuang kopi di cangkir pilihan masing-masing. Kemudian, si pembawa kopi berkata, " ini adalah cerminan kalian, cangkir yang kalian bawa." Semua yang sedang asyik meminum kopi merasa heran dan tidak mengerti.

" Tidakkah kalian sadar bahwa yang tersisa hanya gelas plastik biasa yang sederhana, sedangkan semua cangkir dan gelas mahal dan cantik sudah kalian ambil semua?" ujar si pembawa kopi.

"Kalian akan saling melihat cangkir satu sama lain dan mulai membandingkan apakah cangkir Anda sudah yang terbaik atau tidak. Sekarang, pikirkan hal ini : hidup kalian adalah kopi ini, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi di lingkungan adalah cangkirnya. Sadarkah kalian bahwa cangkir ini hanya sebuah alat yang mewadahi hidup. " lanjut si pembawa kopi.

"Apa saja jenis cangkir yang kalian miliki, tidak menentukan apakah kualitas hidup berubah atau tidak. Kadang, kita terlalu fokus memilih cangkir mana yang paling baik, sehingga gagal menikmati kopinya. "

Ada sebuah kutipan yang cocok untuk kisah sederhana ini, bahwa orang yang paling bahagia itu tidak memiliki segala yang terbaik di hidupnya, tapi menjadikan segala yang dimilikinya menjadi terbaik. Sebenarnya, apa yang ada di dunia tidak akan ada habisnya jika dikejar. Yang tidak benar adalah ketika kita malah fokus pada mengejar apa yang kita belum miliki tapi mengabaikan yang sudah diberikan, hidup kita.

Karena itu sobat, ada baiknya jika mulai dari sekarang kita belajar untuk menghargai, bersyukur atas apa yang sudah kita miliki. Dengan begitu, kita tidak akan lagi berteman dengan keluh kesah.

Wallahu A’lam

1 comment: